Senin, 21 November 2016



M A K A R T I

MAKARTI adalah sebuah pelajaran metafisika Jawa  : “Urip iku kudu’makarti”, artine ‘nganakake’ utawa ‘mujudake’ kanggo uripe”, arti dalam bahasa Indonesia : Hidup itu harus ‘mengadakan’ atau ‘mewujudkan’ untuk hidupnya.
Adalah sangat penting untuk membangkitkan semangat hidup manusia, serta membangun sumber daya manusia (sdm) khususnya di Jawa dan umumnya Indonesia yang terkenal sumber daya alam (sda) melimpah ruah, sudah seharusnya hidup makmur dan sejahtera.
Sungguh aneh tetapi nyata, disini di Indonesia apabila dimana-mana terjadi banyaknya pengangguran, kebingungan hidup, banyaknya tenaga kerja keluar negeri, banyaknya korupsi, pungli; meski sudah mendapat upah/gaji dari perusahaan/instansi tempat kerja, demonstrasi-demonstrasi dengan segala tuntutannya, bahkan banyaknya manusia hidup dalam angan-angan dibuai harapan, tak sadar meski sampai sa’at datangnya  kematian.

Hidup ‘Makarti’ perlu  instrospeksi diri dan mungkin ada suatu kesalahan hidup yang perlu kita sadari !
Ada pelajaran Kridha Grahita yang menarik untuk dipelajari menyebutkan :
                  Witing bilahi  :   tuna pangreti
                  ( Asalnya celaka , karena tidak mengerti )
                  Ana  siksa       :   saka dosa
                  (  ada siksa :  dari  dosa)

Banyaknya manusia hidup  belum dalam kemerdekaan Tuhan.
Untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas, supaya tidak terjadi seperti “katak dalam tempurung”, disini perlunya kita punya wawasan : Theologi dan religi (agama).

Theologi :
Menurut  buku : MANUNGGALING KAWULA GUSTI , PANTHEISME DAN MONISME DALAM SASTRA SULUK JAWA, oleh : Prof.Dr.P.J. Zoetmulder., bahwa :   
Keyakinan adanya Tuhan di dunia ini ada bepolarisasi paham: Pantheisme dan Monisme.
Pantheisme suatu keyakinan : bahwa dunia terlebur dalam Tuhan, dengan salah satu cara dunia merupakan bagian dari hakikat Nya.
Monisme suatu keyakinan : bahwa Tuhan terlebur di dalam dunia, dunia merupakan Ada yang tunggal dan mutlak.

Agama :
Munculnya kata “Agama” di Jawa.
Harap diketahui kata : ‘agama’, sebetulnya berbeda jauh dengan seperti apa yang dimaksud dengan ‘religi’ pada umumnya, karena sumber dari kata ‘agama’ itu sendiri berasal dari kata-kata ajaran Jawa Kuno (paling kuno) : “Suralayagama” ya itu satu tatanan kebaktian manusia terhadap Tuhannya, secara harfiah artinya : Sura = Tuhan, Sang Hyang Sura =  Tuhan Pemberi Pepadhang ; Alaya = sasana, papan,( tempat ), pasenetan ; Agama = angger-angger paugeran (pedoman), .  


*Agama karo Kawruh iku beda.
  Agama iku bangsa pranatan, kawruh iku bangsa rasa. Agama iku laku lair, kawruh iku laku
  batin (kawruh ing kene karepe : kawruh kasunyatan ), cekake : kajaten ora campur  
  prakara agama.
  Kabatinan iku mung ngurus prakara :  R A S A.
  Arti dalam bahasa Indonesia :
*Agama dengan Kawruh itu berbeda.
  Agama itu termasuk golongan pranatan, kawruh itu termasuk golongan rasa. Agama itu
  perilaku lahir, kawruh itu perilaku batin (kawruh disini maksudnya : kawruh kenyataan ),
  ringkasnya : kesejatian tidak bercampur perkara agama.

Di Jawa sendiri masih dalam tataran Ritual (upacara suci) tetapi belum masuk tataran Spriritual (Kerokhanian) yang sesungguhnya.
Beberapa ritual di Jawa : .
1.      Jawa Pusaka
Adalah  kelompok yang percaya wesi aji, seperti : keris, tombak, batu-batuan, dan sejenisnya, membawa karisma bagi yang punya.
2.      Jawa Pusara
Adalah percaya adanya roh2, danyang2, punden2,  yang dikeramatkan dan sejenisnya, mengharap tuah untuk hidupnya.
3.      Jawa Petung
Adalah yang percaya hitungan neptu hari dan sejenisnya, mengharap keselamatan
dalam semua yang dikerjakan. 
4.      Jawa Ka-Dewa-Dewa
Adalah yang  percaya bahwa bumi, laut, tumbuhan, matahari, bulan, bintang, dan lainnya, semuanya masing-masing ada yang menguasai.
5.      Jawa Mantra (Puja brata)
Adalah percaya akan mantera-mantera, donga-donga, mengharap terkabul atas permohonannya.


Jawa “Makarti”
Adalah Jawa mendasarkan : Kridha Grahita (Kerja Nalar).
Adalah satu-satunya budaya hidup mempunyai ciri khas perilaku sendiri , mungkin hal ini dapat diterima peradaban modern yang serba teknologi.
Juga bisa disebut kerja kreatip, yang mendasarkan pada pola pikir (panca-indera) tetapi tidak meninggalkan spiritual (kerokhanian), untuk memujudkan metafisika menjadi nyata atau kenyataan.

Ruang mata pencaharian dan menurut tingkatan makarti :
          Jenis pekerjaan                                                                   Tingkatan menurut makarti   
1.      Tani                                                                                         amat luhur
2.      Nelayan                                                                                       luhur
3.      Dagang                                                                                        asor
4.      Buruh                                                                                          luhur
5.      Jasa pelayanan                                                                             luhur           
6.      Bidang jasa: calo, makelar,dan sejenisnya     .                        sangat asor
Pendidikan dan makarti :
Sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi menjadi sangat penting untuk ‘ makarti’.
Namun sangat disayangkan dan  perlu diketahui bersama pendidikan di Indonesia pada umumnya masih belum banyak berarti karena selama ini masih bersifat : asal-asalan dan belum terjadi motivasi yang sesungguhnya seperti yang dimaksudkan “Makarti”. Disini menurut pengamatan penulis lulusan sekolah masa kini rata-rata : sebagai pengisi waktu, untuk gengsi dalam lingkungan, ingin menjadi pegawai negeri, dan secara umum untuk meraih ‘tiket’ masuk guna melamar pekerjaan. Artinya : masih kwantitatif (banyak jumlahnya), namun belum mengarah pada kwalitatif (berbobot).
Menjadi perhatian kita bersama sekolah-sekolah selama ini banyak yang eksklusif menjurus kepada : ideologis, egois, ego sentries dan transenden.
Ideologi : Cita-cita merupakan dasar salah satu sistim politik, paham, kepercayaan dan seterusnya. Karena banyaknya pendidikan yang menjurus pada ideology menjadi konsumsi kepentingan politik, yang pada akhirnya untuk menduduki posisi kehidupan adalah :  “perang”
Egois : mementingkan untuk diri sendiri
Ego-sentries : mementingkan kelompoknya.
Transenden : sesuatu yang melampaui (duniawi). Disini dimaksud banyaknya manusia hidup dalam kematian, juga sering disebut ; hidup hanya menanti sebuah kematian.

Makarti dan RASA  :
Didalam RASA (kawruh kebatinan) kita mengenal 4 hal, yaitu :
1.      RASA Mutmainah
Adalah perasaan : adhem, jenjem, tentrem (perasaan damai)
Tingkatan menurut makarti : amat luhur (mulia).
2.      RASA Supiyah
Adalah perasaan yang berhubungan dengan : kesenangan.
Tingkatan menurut makarti : bisa luhur dan bisa asor (buruk)
3.      Luwamah
Adalah napsu : tamak (rakus)
Tingkatan menurut makarti : asor.
4.      Amarah
Adalah napsu : angkara murka.
Tingkatan menurut makarti : sangat asor.
Rata-rata dalam kehidupan ini masih memerlukan perjalanan yang panjang, karena masih banyaknya manusia bersifat tamak (rakus) : ingin menang sendiri, monopoli (ingin menguasai), dan sejenisnya.
Masih banyaknya manusia mengumbar amarah : menggalang kekuatan dengan berperang untuk menuju kemenangan, mengabaikan dan meninggalkan etika : benar atau salah. 

Untuk membentuk manusia yang makarti dibutuhkan pikiran ibarat ‘air keruh’ dibutuhkan  yang menep  ; “wening” atau “jernih”, jernih itu : “ terang “. Dibutuhkan pikiran yang “mutmainah” dan “supiyah” yang luhur.
Makarti dalam kerjanya, adalah perlu hidup yang harmoni (keseimbangan), kordinasi (penyesuaian) diri dengan saling membutuhkan dan tim kerjasama untuk mewujudkan karya-karya besar.


Pengaruh Cuaca (alam) terhadap makarti :
Diwilayah tropic (panas) yang dilalui garis katulistiwa :
Banyak makarti asor : manusianya banyak yang napsu amarah dan luwamah, banyak terjadi : kedengkian,  mudah tersulut kemarahan dan sejenisnya.
Terbukti paling nyata di wilayah timur-tengah (pusaran panas yang tinggi) terjadi :
perang terus menerus.

Di wilayah sub tropic (dingin sedikit panas) :
Banyaknya manusia makarti yang inovatif  dengan penemuan-penemuan baru yang berguna untuk kehidupan manusia.

Pengaruh Genetika  :
Pengaruh keturunan bibit manusianya di dalam keilmuan disebut asam deoksiribonukleat atau yang lebih dikenal  DNA=deoxyribonucleic acid.

Pengaruh Panca-indera :
Di Jawa dikenal dengan : ganda (bau), rasa (lidah), rupa (warna) dan cekel (pegangan)
1.      Mata, di dalam mata ada pandulu
2.      Telinga, di dalam telinga ada pangrungu
3.      Hidung, di dalam hidung ada pangambu
4.      Lidah, di dalam lidah ada alat perasa
Keempat hal tersebut berpusat di otak , kerjanya disebut pikiran.

Pengaruh Rahsa (darah dan nutrisi) :
Kehidupan badan manusia disebut mikro kosmos (jagad kecil) membutuhkan keseimbangan : panas, angin dan air.
Di dalam jantung manusia menurut Widya Pramono (metafisika Jawa) terbagi 3 pipa jantung :
1.      Pipa jantung sebelah kanan, adalah ; panas
2.      Pipa jantung tengah, adalah ; air
3.      Pipa jantung sebelah kiri, adalah ; angin.
Daya (energy) panas berasal dari nutrisi (sari makanan) warna : merah, ungu dan dumilah (coklat kekuningan).
Daya maruta (angin dan air) dari nutrisi warna : biru tua, biru muda dan hijau muda.
Daya pramono adalah daya trimutri (panas, angin, air) dari nutrisi warna : hijau tua dan kuning.

Makarti dituntut mengetahui dan mematuhi ‘ hukum kodrat’ :
Kodrat itu adalah : kuwasaning Pangeran (kekuasaan Tuhan). Yang dimaksud hukum kodrat adalah : 1.Hukum Alam dan 2.Hukum Mollah.

I.Mengenal Hukum Alam dan karakternya :
Adalah hukum yang harus diketahui, bahwa alam ini terjadi karena ada asal usulnya yang dalam bahasa Jawa sering disebut dengan kata populair : “Sangkan paraning dumadi” , sebetulnya kata sebenarnya adalah : Sangkan – dumadi – paran, maksudnya : dari Cahaya – barang wujud – kembali Cahaya. Dalam buku Serat Widya Pramono bahwa awal dari segala awal perwujudan alam (jagad=dunia) ini terbentuk dari proses : 1.srengenge (matahari), 2.condra (rembulan), 3.lintang dan 4.swasana (kandang=ruang).       
 Empat perkara tersebut mempunyai kuwasa dalam kehidupan ini :
1.      Bulan ; wujudnya semu kuning bersinar-sinar kuwasanya dikemudian akan memberi isian rat raya ini semua
2.      Bintang ; wujudnya biru semu hijau bersinar-sinar kuwasanya dikemudian akan menambah isian rat raya ini semua
3.      Matahari ; wujudnya merah tebal kuwasanya dikemudian akan memberi hidup yang ada ini kesemuanya
4.      Suwasana ; wujudnya hitam legam kuwasanya dikemudian akan menjadi kandhangnya yang ada ini semuanya.
Suwasana itu diperibahasakan : “ lembut yang tidak kena dijumput”, dari lembutnya serta luas ruangnya, juga pasti adanya. Dibaratkan oleh para ahli : “warongko manjing curiga, curiga manjing warangka” artinya ; ruang masuk isi, isi masuk menjadi ruang, maka biarpun ada didalam batu juga tertembus apa yang dinamakan ; Sonyoruri (ruang kehampaan).
Awal gumelarnya jagad dimulai daya terpaan matahari mengena pada suwasana hingga sampai di antariksa mengenai bulan serta bintang hingga keluar keringatnya, selanjutnya keringat yang keluar dari bulan serta bintang tadi dinamai ‘Tirta Prawita’, artinya : air yang permulaan yang memenuhi serta mengitari jagad ini semua. Penuh atau berputarnya air yang permulaan kemudian mengalir berputar, adapun mengalirnya air tadi dinamai : Tirta Kamandanu, artinya ; air mengalir melengkung yang wujudnya putih seperti kapuk kapas serta mempunyai cahaya bersinar-sinar. Bertemunya air dengan panasnya matahari, kemudian menimbulkan suara gemuruh hingga mampu menggerakkan bawana ini semua. Geraknya bawana berbareng ketemu dayanya yang saling berebut tadi akhirnya matahari, bulan, bintang apa lagi suwasana bersama berputar sendiri-sendiri tanpa jeda di setiap harinya, yang begitu itu tadi permulaan siang dengan malam.
Diwaktu ketika air yang mengalir berputar hilang dinginnya sinar matahari hilang panasnya, se sirnanya dingin serta panas tadi kemudian berkumpul menjadi satu berkumandang di suwasana. Jlantahnya Tirta Kamandanu serta jlantahnya panas yang kasar-kasar kemudian turun di bawana kemudian menjadi Tirta Jalanidi, arti rahasinya : air yang benaran atau air wantah, adapun halusnya kembali naik keatas di gunung cakrawala lagi, begitu itu untuk selama-lamanya.
Daya perbawa dari Tirta Kamandanu dinamai : air, adapun daya perbawa dari panasnya matahari dinamai : angin. Daya perbawanya Tirta Kamandanu dengan daya panasnya matahari tadi akhirnya kuwasa campur menjadi satu, yang disebut m a r u t a,  arti rahasinya : campurnya angin kemudian mengikuti jalannya air yang mengalir berputar, sebab angin kalah dengan penggandengnya air, ya di kala itu nyawa sudah ketempatan Kodrat dua perkara, yang pertama
air kedua angin.
Mulai adanya Kodrat dua perkara tadi kemudian disebut alam Sonyoruri atau Jaman Tirta
Yoga.
Air yang tersebut diatas, keberadaannya di sebelah utara (kutub utara) atau di sebelah selatan (kutub selatan) masih mengental, karena jauh dengan bersinarnya matahari, adapun yang selalu terkena bersinarnya matahari hanya ada di tengah saja (wilayah katulistiwa),  meskipun begitu kalau terkena dayanya dingin di waktu malam hari juga pada pupul (mengkristal) sementara, tetapi pupulnya atau mengentalnya tidak ketara karena dari sedikit. Adapun yang bisa dibuktikan jatuhnya embun di waktu malam hari hingga pagi hari, adapun jadinya embun tadi dari hawanya air yang terkena dayanya panas serta ketika waktu malam hari kemudian pada pupul, kemudian pulih menjadi air lagi, ketika terkena panasnya matahari juga amer atau cuwer lagi, begitu seterusnya serta tidak berubah untuk selama-lamanya.
 Mengenal bio (biji) kehidupan :
Wujudnya bio (biji) ada 3 perkara :
1.      putih, biji putih itu berasal dari Trita Kamandanu namanya ; m a n a, artinya ; suci atau terang
2.      merah, biji yang wujudnya merah itu tadi berasal dari matahari, namanya ; m u l a d, artinya ; menyala.
3.      hitam, biji yang wujudnya hitam itu berasal dari angin, namanya ; m u r t i, artinya ; halus.

Mengenal rupa dan sari (kandungan didalamnya) :
Biji yang tersebut diatas tadi, dalam bahasa Eropa (Belanda) dinamai : ‘Ceel’ serta biji-biji tadi dapatnya menjadi satu, bila campur menjadi satu yang keterangannya seperti dibawah ini :
1.      biji yang rupanya biru tebal ; itu tanda berdirinya maruta kecampuran Tirta Kamandanu sementara, sarinya matahari sedikit.
2.      biji yang rupanya biru muda bersinar-sinar ; itu tanda masih berdirinya maruta kecampuran sarinya Tirta Kamandanu serta matahari agak lebih.
3.      biji yang rupanya hijau bersinar-sinar ; itu tanda masih berdirinya maruta kecampuran sarinya Tirta Kamandanu sementara, sarinya matahari agak lebih.
4.      biji yang rupanya hijau muda mancur bersinar-sinar ; itu tanda sudah ukuran adon-adonannya Tri Murti atau Pramono yang sudah sirna wujudnya putih, merah serta hitam, ya itu yang dinamai ;  “Sejatinya rupa”.
5.      biji yang rupanya kuning bersinar ; itu tanda masih berdirinya Tri Murti, tetapi agak lebih sarinya matahari serta sarinya Tirta Kamandanu.
6.      biji yang rupanya merah menyilaukan mata ; itu tanda berdirinya matahari kecampuran sarinya Tirta Kamandanu sedikit.
7.      biji yang rupanya ungu tebal ; itu tanda masih berdirinya matahari, sarinya Tirta Kamandanu sedikit, sarinya maruta agak banyak.
8.      biji yang rupanya dumilah bersinar-sinar ; itu masih tanda berdirinya matahari kecampuran sarinya Tirta Kamandanu sementara.
dumilah = coklat kekuningan.

Kodratnya cecomberan :
Tirta Jalanidi yang sudah diterangkan diatas setiap waktu malam hari terkena dayanya dingin kemudian pupul, bila di waktu siang hari terkena dayanya panas kemudian pada amer (cuwer), adapun amernya air Jalanidi tadi kelihatan jlantahnya akhirnya ngembek-emebek atau masih tanah yang masih lemes, yang semakin lama semakin tambah tebalnya serta tambah kuatnya, bersama diatasnya tanah tadi kasiliran maruta serta terkena dayanya panas (matahari) kemudian kering atau akas.
Di dalamnya tanah tadi selalu terbuntu debunya yang semakin tambah serta kuatnya tanah itu dari dayanya suksma tiga perkara : 1.sarinya panas, 2.sarinya dingin (adhem), 3.sarinya maruta. Sari tiga tadi caranya manuksma di tanah tanpa putus untuk selama-lamanya, selanjutnya setelah terkena sari tiga tadi mampu mengadakan tumbuhan, kemudian ganti nama : “b u m i”, arti rahasinya ; wadhah=tempat.
Jlantahnya sari ketiganya yang campur cecomberan tadi di akhirnya menjadi wujud hawa-hawa delapan perkara : 1.manik-manik, 2.emas, 3.selaka, 4.timah, 5.tembaga, 6.besi, 7.garam, 8.belerang.
Hawa delapan perkara yang tersebut tadi ketika terkena dayanya adhem (dingin) semakin tambah pupulnya (kentalnya), serta ketika terkena daya panasnya matahari kemudian amer (cuwer) atau pada keluar hawanya serta pada kumpul dikeberadaannya, tetapi kumpulnya hawa delapan perkara tadi masih hawa kasar adanya, makanya caranya akan njebol di bumi kurang lancer serta lestarinya karena selalu tertutup bumi apa lagi hawa delapan perkara tadi kemudian pupul setelah terkena daya panasnya matahari kemudian amer (cuwer), selanjutnya amernya hawa delapan perkara tadi halusnya hawa menjadi batu yang njebol di bawana yang meratai di kehidupan, adapun jlantahnya atau kasarnya hawa delapan perkara menjadi lima wujud yang keterangannya tersebut dibawah ini :
Paket alam terdapat pada batu-batuan :
1.      Pulung : rupanya biru bersinar hijau, itu tanda berdirinya cahaya emas serta tembaga.
2.      Wahyu : rupanya putih bersinarkan kuning, tanda berdirinya cahaya emas, timah dan selaka.
3.      nDaru : rupanya kuning kunyit, itu tanda berdirinya cahaya emas, besi, dan selaka.
4.      Teluh braja : rupanya merah bersinarkan ungu, itu tanda berdirinya cahaya besi, tembaga, belerang, dan timah.
5.      Guntur : rupanya bersinarkan dadu, itu tanda dari berdirinya cahaya besi, tembaga dan belerang.

II.Mengenal Hukum Mollah (Kausal=sebab-akibat).
Mengenal hukum sebab dan akibat menjadi sangat penting untuk makarti. Karena dalam kerja baik maupun buruk ada pertanggungan jawab secara spiritual kepada Tuhan.  Disini termasuk didalamnya yang sering dilupakan adalah ‘ekologi’ : ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungannya.
Di makarti kita kenal hukum pakarti : “ngundhuh wohing pakarti” artinya : menanam budi yang baik menuai buah yang baik, begitu juga sebaliknya ; menanam budi yang jelek menuai buah yang jelek.

Hendaknya perlu kita sadari bahwa hidup ini ada 3 (tiga) yang harus selalu kita ingat,  bahwa :
1.      Kalau kita pasif dalam kehidupan, berarti memasuki lingkaran : pengemis.
2.      Kalau kita aktif dalam kehidupan tetapi tidak kreatif, ada kalanya tidak sadar memasuki lingkaran menjadi penipu, pencuri, perampok, dan sejenisnya.
Hidup ‘Makarti’ itu mengerti rasa sukur dan nerima :
Tahu rasa kesukuran artinya : sembah nuwun  kepada Tuhan.
Tahu pada panarima artinya : merasakan diri menerima kebaikan orang lain.
Dewasa sejati itu :       Kalau sering merasakan kesukuran, jarang mengeluh
                                    Kalau sering merasakan kebaikan orang lain, jarang amarahnya

III.Makarti itu perlu : pilihan, kemandirian, penelitian, uji coba, kordinasi, kerjasama, untuk
                                   menuju sasaran perwujudan yang diharapkan.
      Pilihan dimaksud adalah bidang pekerjaan.
      Kemandirian bukan berarti hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain.
     Penelitian dimaksud berarti mengadakan praktek antara pengetahuan dan kenyataan meski
     harus berkorban menemui kesulitan maupun kegagalan.
     Uji coba adalah menguji kepastian kualitas barang sebelum layak untuk dipergunakan.
     Kordinasi adalah tersusunnya sebuah tim dalam pertalian yang erat satu sama lain, yang
     saling melengkapi menurut keahlian yang dimiliki untuk saling melengkapi. 
     Kerjasama bekerja bersama-sama untuk menghasilkan tujuan yang sama.  

Itulah yang dimaksud hidup “MAKARTI” sesungguhnya !


                                                                                                                        Ditulis oleh :
                                                                                                                        Sukamto Sukodipuro.