M A K A R T I
MAKARTI adalah sebuah pelajaran metafisika Jawa : “Urip iku kudu’makarti”, artine ‘nganakake’ utawa ‘mujudake’ kanggo uripe”, arti dalam bahasa Indonesia : Hidup itu
harus ‘mengadakan’ atau ‘mewujudkan’ untuk hidupnya.
Adalah sangat penting untuk membangkitkan semangat hidup manusia,
serta membangun sumber daya manusia (sdm) khususnya di Jawa dan umumnya
Indonesia yang terkenal sumber daya alam (sda) melimpah ruah, sudah seharusnya
hidup makmur dan sejahtera.
Sungguh aneh tetapi nyata, disini di Indonesia apabila dimana-mana
terjadi banyaknya pengangguran, kebingungan hidup, banyaknya tenaga kerja
keluar negeri, banyaknya korupsi, pungli; meski sudah mendapat upah/gaji dari
perusahaan/instansi tempat kerja, demonstrasi-demonstrasi dengan segala
tuntutannya, bahkan banyaknya manusia hidup dalam angan-angan dibuai harapan,
tak sadar meski sampai sa’at datangnya kematian.
Hidup ‘Makarti’ perlu
instrospeksi diri dan mungkin ada suatu kesalahan hidup yang perlu kita
sadari !
Ada pelajaran Kridha Grahita yang menarik untuk dipelajari
menyebutkan :
Witing bilahi : tuna pangreti
( Asalnya
celaka , karena tidak mengerti )
Ana
siksa : saka dosa
( ada siksa :
dari dosa)
Banyaknya manusia hidup belum
dalam kemerdekaan Tuhan.
Untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas, supaya tidak terjadi
seperti “katak dalam tempurung”, disini perlunya kita punya wawasan : Theologi
dan religi (agama).
Theologi :
Menurut buku : MANUNGGALING
KAWULA GUSTI , PANTHEISME DAN
MONISME DALAM SASTRA SULUK JAWA, oleh : Prof.Dr.P.J. Zoetmulder., bahwa :
Keyakinan adanya Tuhan di dunia ini ada bepolarisasi paham:
Pantheisme dan Monisme.
Pantheisme suatu keyakinan : bahwa dunia terlebur dalam Tuhan, dengan salah
satu cara dunia merupakan bagian dari hakikat Nya.
Monisme suatu keyakinan : bahwa Tuhan terlebur di dalam dunia, dunia
merupakan Ada yang tunggal dan
mutlak.
Agama :
Munculnya kata “Agama” di Jawa.
Harap diketahui kata : ‘agama’, sebetulnya berbeda jauh dengan
seperti apa yang dimaksud dengan ‘religi’ pada umumnya, karena sumber dari kata
‘agama’ itu sendiri berasal dari kata-kata ajaran Jawa Kuno (paling kuno) : “Suralayagama” ya itu satu tatanan
kebaktian manusia terhadap Tuhannya, secara harfiah artinya : Sura = Tuhan,
Sang Hyang Sura = Tuhan Pemberi
Pepadhang ; Alaya = sasana, papan,( tempat ), pasenetan ; Agama = angger-angger
paugeran (pedoman), .
*Agama karo Kawruh iku beda.
Agama iku bangsa pranatan,
kawruh iku bangsa rasa. Agama iku laku lair, kawruh iku laku
batin (kawruh ing kene
karepe : kawruh kasunyatan ), cekake : kajaten
ora campur
prakara agama.
Kabatinan iku mung ngurus
prakara : R A S A.
Arti dalam bahasa Indonesia
:
*Agama dengan Kawruh itu berbeda.
Agama itu termasuk golongan
pranatan, kawruh itu termasuk golongan rasa. Agama itu
perilaku lahir, kawruh itu
perilaku batin (kawruh disini maksudnya : kawruh kenyataan ),
ringkasnya : kesejatian
tidak bercampur perkara agama.
Di Jawa sendiri
masih dalam tataran Ritual (upacara suci) tetapi belum masuk tataran Spriritual
(Kerokhanian) yang sesungguhnya.
Beberapa ritual
di Jawa : .
1.
Jawa Pusaka
Adalah kelompok yang percaya wesi aji, seperti :
keris, tombak, batu-batuan, dan sejenisnya, membawa karisma bagi yang punya.
2.
Jawa Pusara
Adalah percaya adanya roh2, danyang2,
punden2, yang dikeramatkan dan
sejenisnya, mengharap tuah untuk hidupnya.
3.
Jawa Petung
Adalah yang percaya hitungan neptu hari dan sejenisnya, mengharap
keselamatan
dalam semua yang dikerjakan.
4.
Jawa Ka-Dewa-Dewa
Adalah yang percaya bahwa bumi, laut, tumbuhan, matahari,
bulan, bintang, dan lainnya, semuanya masing-masing ada yang menguasai.
5.
Jawa Mantra (Puja brata)
Adalah percaya akan mantera-mantera,
donga-donga, mengharap terkabul atas permohonannya.
Jawa “Makarti”
Adalah Jawa
mendasarkan : Kridha Grahita (Kerja Nalar).
Adalah
satu-satunya budaya hidup mempunyai ciri khas perilaku sendiri , mungkin hal
ini dapat diterima peradaban modern yang serba teknologi.
Juga bisa
disebut kerja kreatip, yang mendasarkan pada pola pikir (panca-indera) tetapi
tidak meninggalkan spiritual (kerokhanian), untuk memujudkan metafisika menjadi
nyata atau kenyataan.
Ruang mata pencaharian dan menurut
tingkatan makarti :
Jenis pekerjaan Tingkatan menurut makarti
1.
Tani amat
luhur
2.
Nelayan luhur
3.
Dagang asor
4.
Buruh luhur
5.
Jasa pelayanan luhur
6.
Bidang jasa: calo, makelar,dan
sejenisnya . sangat
asor
Pendidikan dan makarti :
Sekolah-sekolah
maupun perguruan tinggi menjadi sangat penting untuk ‘ makarti’.
Namun sangat
disayangkan dan perlu diketahui bersama
pendidikan di Indonesia pada umumnya masih belum banyak berarti karena selama
ini masih bersifat : asal-asalan dan belum terjadi motivasi yang sesungguhnya
seperti yang dimaksudkan “Makarti”. Disini menurut pengamatan penulis lulusan
sekolah masa kini rata-rata : sebagai pengisi waktu, untuk gengsi dalam
lingkungan, ingin menjadi pegawai negeri, dan secara umum untuk meraih ‘tiket’ masuk guna melamar pekerjaan.
Artinya : masih kwantitatif (banyak jumlahnya), namun belum mengarah pada
kwalitatif (berbobot).
Menjadi
perhatian kita bersama sekolah-sekolah selama ini banyak yang eksklusif
menjurus kepada : ideologis, egois, ego sentries dan transenden.
Ideologi : Cita-cita
merupakan dasar salah satu sistim politik, paham, kepercayaan dan seterusnya. Karena
banyaknya pendidikan yang menjurus pada ideology menjadi konsumsi kepentingan
politik, yang pada akhirnya untuk menduduki posisi kehidupan adalah : “perang”
Egois : mementingkan untuk
diri sendiri
Ego-sentries :
mementingkan kelompoknya.
Transenden : sesuatu yang
melampaui (duniawi). Disini dimaksud banyaknya manusia hidup dalam kematian,
juga sering disebut ; hidup hanya menanti sebuah kematian.
Makarti dan RASA
:
Didalam RASA (kawruh
kebatinan) kita mengenal 4 hal, yaitu :
1.
RASA Mutmainah
Adalah perasaan : adhem, jenjem, tentrem (perasaan damai)
Tingkatan menurut makarti : amat luhur (mulia).
2.
RASA Supiyah
Adalah perasaan yang berhubungan dengan : kesenangan.
Tingkatan menurut makarti : bisa luhur dan bisa asor (buruk)
3.
Luwamah
Adalah napsu : tamak (rakus)
Tingkatan menurut makarti : asor.
4.
Amarah
Adalah napsu : angkara murka.
Tingkatan
menurut makarti : sangat asor.
Rata-rata dalam
kehidupan ini masih memerlukan perjalanan yang panjang, karena masih banyaknya
manusia bersifat tamak (rakus) : ingin menang sendiri, monopoli (ingin
menguasai), dan sejenisnya.
Masih banyaknya
manusia mengumbar amarah : menggalang kekuatan dengan berperang untuk menuju
kemenangan, mengabaikan dan meninggalkan etika : benar atau salah.
Untuk membentuk
manusia yang makarti dibutuhkan pikiran ibarat ‘air keruh’ dibutuhkan yang menep
; “wening” atau “jernih”, jernih itu : “ terang “. Dibutuhkan pikiran
yang “mutmainah” dan “supiyah” yang luhur.
Makarti dalam
kerjanya, adalah perlu hidup yang harmoni (keseimbangan), kordinasi
(penyesuaian) diri dengan saling membutuhkan dan tim kerjasama untuk mewujudkan
karya-karya besar.
Pengaruh Cuaca (alam) terhadap makarti :
Diwilayah tropic (panas) yang dilalui garis katulistiwa :
Banyak makarti asor : manusianya banyak yang napsu amarah dan
luwamah, banyak terjadi : kedengkian,
mudah tersulut kemarahan dan sejenisnya.
Terbukti paling nyata di wilayah timur-tengah (pusaran panas yang tinggi) terjadi :
perang terus menerus.
Di wilayah sub tropic (dingin sedikit panas) :
Banyaknya manusia makarti yang inovatif dengan penemuan-penemuan baru yang berguna
untuk kehidupan manusia.
Pengaruh
Genetika :
Pengaruh keturunan bibit manusianya di dalam keilmuan disebut asam
deoksiribonukleat atau yang lebih dikenal
DNA=deoxyribonucleic acid.
Pengaruh
Panca-indera :
Di Jawa dikenal
dengan : ganda (bau), rasa (lidah), rupa (warna) dan cekel (pegangan)
1.
Mata, di dalam mata ada pandulu
2.
Telinga, di dalam telinga ada
pangrungu
3.
Hidung, di dalam hidung ada
pangambu
4.
Lidah, di dalam lidah ada alat
perasa
Keempat hal tersebut berpusat di otak , kerjanya disebut pikiran.
Pengaruh Rahsa
(darah dan nutrisi) :
Kehidupan badan
manusia disebut mikro kosmos (jagad kecil) membutuhkan keseimbangan : panas,
angin dan air.
Di dalam jantung
manusia menurut Widya Pramono (metafisika Jawa) terbagi 3 pipa jantung :
1.
Pipa jantung sebelah kanan, adalah
; panas
2.
Pipa jantung tengah, adalah ; air
3.
Pipa jantung sebelah kiri,
adalah ; angin.
Daya (energy)
panas berasal dari nutrisi (sari makanan) warna : merah, ungu dan dumilah
(coklat kekuningan).
Daya maruta
(angin dan air) dari nutrisi warna : biru tua, biru muda dan hijau muda.
Daya pramono
adalah daya trimutri (panas, angin, air) dari nutrisi warna : hijau tua dan
kuning.
Makarti dituntut
mengetahui dan mematuhi ‘ hukum kodrat’ :
Kodrat itu
adalah : kuwasaning Pangeran (kekuasaan Tuhan). Yang dimaksud hukum kodrat
adalah : 1.Hukum Alam dan 2.Hukum Mollah.
I.Mengenal Hukum
Alam dan karakternya :
Adalah hukum yang harus diketahui, bahwa alam ini terjadi karena ada
asal usulnya yang dalam bahasa Jawa sering disebut dengan kata populair :
“Sangkan paraning dumadi” , sebetulnya kata sebenarnya adalah : Sangkan –
dumadi – paran, maksudnya : dari Cahaya – barang
wujud – kembali Cahaya. Dalam buku Serat Widya Pramono bahwa awal dari
segala awal perwujudan alam (jagad=dunia) ini terbentuk dari proses :
1.srengenge (matahari), 2.condra (rembulan), 3.lintang dan 4.swasana
(kandang=ruang).
Empat perkara tersebut mempunyai kuwasa dalam
kehidupan ini :
1.
Bulan ; wujudnya semu kuning bersinar-sinar kuwasanya dikemudian akan memberi isian
rat raya ini semua
2.
Bintang ; wujudnya biru semu hijau bersinar-sinar kuwasanya dikemudian akan menambah
isian rat raya ini semua
3.
Matahari ; wujudnya merah tebal kuwasanya dikemudian akan memberi hidup yang ada ini
kesemuanya
4.
Suwasana ; wujudnya hitam legam kuwasanya dikemudian akan menjadi kandhangnya yang ada
ini semuanya.
Suwasana itu diperibahasakan : “ lembut
yang tidak kena dijumput”, dari lembutnya serta luas ruangnya, juga pasti
adanya. Dibaratkan oleh para ahli : “warongko manjing curiga, curiga manjing
warangka” artinya ; ruang masuk isi, isi
masuk menjadi ruang, maka biarpun ada didalam batu juga tertembus apa yang
dinamakan ; Sonyoruri (ruang
kehampaan).
Awal gumelarnya
jagad dimulai daya terpaan matahari mengena pada suwasana hingga sampai di
antariksa mengenai bulan serta bintang hingga keluar keringatnya, selanjutnya
keringat yang keluar dari bulan serta bintang tadi dinamai ‘Tirta Prawita’, artinya : air
yang permulaan yang memenuhi serta mengitari jagad ini semua. Penuh atau
berputarnya air yang permulaan kemudian mengalir berputar, adapun mengalirnya
air tadi dinamai : Tirta Kamandanu, artinya ; air mengalir melengkung yang wujudnya putih seperti kapuk kapas
serta mempunyai cahaya bersinar-sinar. Bertemunya air dengan panasnya matahari,
kemudian menimbulkan suara gemuruh hingga mampu menggerakkan bawana ini semua.
Geraknya bawana berbareng ketemu dayanya yang saling berebut tadi akhirnya
matahari, bulan, bintang apa lagi suwasana bersama berputar sendiri-sendiri
tanpa jeda di setiap harinya, yang begitu itu tadi permulaan siang dengan
malam.
Diwaktu ketika
air yang mengalir berputar hilang dinginnya sinar matahari hilang panasnya, se
sirnanya dingin serta panas tadi kemudian berkumpul menjadi satu berkumandang
di suwasana. Jlantahnya Tirta Kamandanu serta jlantahnya panas yang kasar-kasar
kemudian turun di bawana kemudian menjadi Tirta
Jalanidi, arti rahasinya : air yang benaran atau air wantah, adapun
halusnya kembali naik keatas di gunung cakrawala lagi, begitu itu untuk
selama-lamanya.
Daya perbawa
dari Tirta Kamandanu dinamai : air,
adapun daya perbawa dari panasnya matahari dinamai : angin. Daya perbawanya Tirta Kamandanu dengan daya panasnya
matahari tadi akhirnya kuwasa campur menjadi satu, yang disebut m a r u t a, arti rahasinya : campurnya angin kemudian
mengikuti jalannya air yang mengalir berputar, sebab angin kalah dengan
penggandengnya air, ya di kala itu nyawa sudah ketempatan Kodrat dua perkara, yang pertama
air kedua angin.
Mulai adanya
Kodrat dua perkara tadi kemudian disebut alam
Sonyoruri atau Jaman Tirta
Yoga.
Air yang
tersebut diatas, keberadaannya di sebelah utara (kutub utara) atau di sebelah
selatan (kutub selatan) masih mengental, karena jauh dengan bersinarnya
matahari, adapun yang selalu terkena bersinarnya matahari hanya ada di tengah
saja (wilayah katulistiwa), meskipun
begitu kalau terkena dayanya dingin di waktu malam hari juga pada pupul
(mengkristal) sementara, tetapi pupulnya atau mengentalnya tidak ketara karena
dari sedikit. Adapun yang bisa dibuktikan jatuhnya embun di waktu malam hari
hingga pagi hari, adapun jadinya embun tadi dari hawanya air yang terkena
dayanya panas serta ketika waktu malam hari kemudian pada pupul, kemudian pulih
menjadi air lagi, ketika terkena panasnya matahari juga amer atau cuwer lagi,
begitu seterusnya serta tidak berubah untuk selama-lamanya.
Mengenal bio (biji) kehidupan :
Wujudnya bio
(biji) ada 3 perkara :
1.
putih, biji putih itu berasal dari Trita Kamandanu namanya ; m a n a,
artinya ; suci atau terang
2.
merah, biji yang wujudnya merah itu tadi
berasal dari matahari, namanya ; m u
l a d, artinya ; menyala.
3.
hitam, biji yang wujudnya hitam itu
berasal dari angin, namanya ; m u r
t i, artinya ; halus.
Mengenal rupa dan sari (kandungan
didalamnya) :
Biji yang
tersebut diatas tadi, dalam bahasa Eropa (Belanda) dinamai : ‘Ceel’ serta
biji-biji tadi dapatnya menjadi satu, bila campur menjadi satu yang
keterangannya seperti dibawah ini :
1.
biji yang rupanya biru tebal ; itu tanda
berdirinya maruta kecampuran Tirta Kamandanu sementara, sarinya matahari
sedikit.
2.
biji yang rupanya biru muda bersinar-sinar ; itu tanda masih berdirinya maruta kecampuran sarinya Tirta
Kamandanu serta matahari agak lebih.
3.
biji yang rupanya hijau bersinar-sinar ;
itu tanda masih berdirinya maruta kecampuran sarinya Tirta Kamandanu sementara,
sarinya matahari agak lebih.
4.
biji yang rupanya hijau muda mancur bersinar-sinar ; itu tanda sudah ukuran adon-adonannya Tri Murti atau Pramono yang
sudah sirna wujudnya putih, merah serta hitam, ya itu yang dinamai ; “Sejatinya rupa”.
5.
biji yang rupanya kuning bersinar ; itu
tanda masih berdirinya Tri Murti, tetapi agak lebih sarinya matahari serta
sarinya Tirta Kamandanu.
6.
biji yang rupanya merah menyilaukan mata
; itu tanda berdirinya matahari kecampuran sarinya Tirta Kamandanu sedikit.
7.
biji yang rupanya ungu tebal ; itu tanda
masih berdirinya matahari, sarinya Tirta Kamandanu sedikit, sarinya maruta agak
banyak.
8.
biji yang rupanya dumilah bersinar-sinar
; itu masih tanda berdirinya matahari kecampuran sarinya Tirta Kamandanu
sementara.
dumilah
= coklat kekuningan.
Kodratnya cecomberan :
Tirta Jalanidi yang sudah diterangkan
diatas setiap waktu malam hari terkena dayanya dingin kemudian pupul, bila di
waktu siang hari terkena dayanya panas kemudian pada amer (cuwer), adapun
amernya air Jalanidi tadi kelihatan jlantahnya akhirnya ngembek-emebek atau
masih tanah yang masih lemes, yang semakin lama semakin tambah tebalnya serta
tambah kuatnya, bersama diatasnya tanah tadi kasiliran maruta serta terkena
dayanya panas (matahari) kemudian kering atau akas.
Di dalamnya tanah tadi selalu terbuntu
debunya yang semakin tambah serta kuatnya tanah itu dari dayanya suksma tiga
perkara : 1.sarinya panas, 2.sarinya dingin (adhem), 3.sarinya maruta. Sari
tiga tadi caranya manuksma di tanah tanpa putus untuk selama-lamanya,
selanjutnya setelah terkena sari tiga tadi mampu mengadakan tumbuhan, kemudian
ganti nama : “b u m i”, arti rahasinya
; wadhah=tempat.
Jlantahnya sari
ketiganya yang campur cecomberan tadi di akhirnya menjadi wujud hawa-hawa
delapan perkara : 1.manik-manik, 2.emas,
3.selaka, 4.timah, 5.tembaga, 6.besi, 7.garam, 8.belerang.
Hawa delapan
perkara yang tersebut tadi ketika terkena dayanya adhem (dingin) semakin tambah
pupulnya (kentalnya), serta ketika terkena daya panasnya matahari kemudian amer
(cuwer) atau pada keluar hawanya serta pada kumpul dikeberadaannya, tetapi
kumpulnya hawa delapan perkara tadi masih hawa kasar adanya, makanya caranya
akan njebol di bumi kurang lancer serta lestarinya karena selalu tertutup bumi
apa lagi hawa delapan perkara tadi kemudian pupul setelah terkena daya panasnya
matahari kemudian amer (cuwer), selanjutnya amernya hawa delapan perkara tadi
halusnya hawa menjadi batu yang
njebol di bawana yang meratai di kehidupan, adapun jlantahnya atau kasarnya
hawa delapan perkara menjadi lima wujud yang keterangannya tersebut dibawah ini
:
Paket alam terdapat
pada batu-batuan :
1.
Pulung : rupanya biru bersinar
hijau, itu tanda berdirinya cahaya emas
serta tembaga.
2.
Wahyu : rupanya putih
bersinarkan kuning, tanda berdirinya cahaya
emas, timah dan selaka.
3.
nDaru : rupanya kuning kunyit,
itu tanda berdirinya cahaya emas, besi,
dan selaka.
4.
Teluh braja : rupanya merah
bersinarkan ungu, itu tanda berdirinya cahaya
besi, tembaga, belerang, dan timah.
5.
Guntur : rupanya bersinarkan
dadu, itu tanda dari berdirinya cahaya
besi, tembaga dan belerang.
II.Mengenal
Hukum Mollah (Kausal=sebab-akibat).
Mengenal
hukum sebab dan akibat menjadi sangat penting untuk makarti. Karena dalam kerja
baik maupun buruk ada pertanggungan jawab secara spiritual kepada Tuhan. Disini termasuk didalamnya yang sering
dilupakan adalah ‘ekologi’ : ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik mahluk hidup dengan lingkungannya.
Di
makarti kita kenal hukum pakarti : “ngundhuh wohing pakarti” artinya : menanam
budi yang baik menuai buah yang baik, begitu juga sebaliknya ; menanam budi
yang jelek menuai buah yang jelek.
Hendaknya perlu kita sadari bahwa hidup ini ada 3 (tiga) yang harus
selalu kita ingat, bahwa :
1.
Kalau kita pasif dalam
kehidupan, berarti memasuki lingkaran : pengemis.
2.
Kalau kita aktif dalam
kehidupan tetapi tidak kreatif, ada kalanya tidak sadar memasuki lingkaran
menjadi penipu, pencuri, perampok, dan sejenisnya.
Hidup ‘Makarti’
itu mengerti rasa sukur dan nerima :
Tahu rasa
kesukuran artinya : sembah nuwun kepada
Tuhan.
Tahu pada
panarima artinya : merasakan diri menerima kebaikan orang lain.
Dewasa sejati
itu : Kalau sering merasakan
kesukuran, jarang mengeluh
Kalau sering
merasakan kebaikan orang lain, jarang amarahnya
III.Makarti itu perlu : pilihan,
kemandirian, penelitian, uji coba, kordinasi, kerjasama, untuk
menuju sasaran
perwujudan yang diharapkan.
Pilihan dimaksud adalah bidang pekerjaan.
Kemandirian bukan berarti hidup sendiri tanpa memerlukan bantuan orang
lain.
Penelitian dimaksud berarti mengadakan praktek antara pengetahuan dan
kenyataan meski
harus berkorban menemui kesulitan maupun kegagalan.
Uji coba adalah menguji kepastian kualitas barang sebelum layak untuk
dipergunakan.
Kordinasi adalah tersusunnya sebuah tim dalam pertalian yang erat satu
sama lain, yang
saling melengkapi menurut keahlian yang dimiliki untuk saling
melengkapi.
Kerjasama bekerja bersama-sama untuk menghasilkan tujuan yang sama.
Itulah yang dimaksud hidup “MAKARTI”
sesungguhnya !
Ditulis oleh :
Sukamto Sukodipuro.